haloo

Diberdayakan oleh Blogger.
Wavy Tail

Blogger templates

Pages - Menu

Pages - Menu

Kamis, 17 Maret 2016

makalah deteksi dini perilaku bermasalah : perilaku bermasalah



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Prilaku bermasalah pada anak adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian orang tua. Bukan semata-mata prilaku itu destruktif atau menganggu proses pembelajaran dan perkembangan anak. Melainkan suatu bentuk prilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam kerjasama dan interaksi dengan orang tua, teman maupun orang lain, merupakan prilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar dan perkembangan peserta didik, dan hal itu merupakan prilaku bermasalah. Orang tua hendaknya menyingkap jauh dibalik perilaku yang nampak, agar memiliki pemahaman tentang karakteristik perilaku anak  yang sesungguhnya.
Anak usia dini merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap masalah individu merupakan penanganan yang berbeda. Teknik- teknik membantu anak bermasalah adalah memberikan wawasan dalam memberikan bantuan dan penanganan yang cepat dan tepat terhadap anak bermasalah.
Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran pada prilaku anak bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan anak.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku bermasalah?
2.      Apa bentuk- bentuk perilaku bermasalah?

C.      Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku bermasalah.
2.        Untuk mengetahui apa saja bentuk- bentuk perilaku bermasalah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Perilaku Bermasalah
Dalam pendekatan bimbingan perkembangan, dalam memberikan layanan bimbingan yang pertama dan paling utama kepada sang anak itu adalah orang tua, Namun sekali telah memberikan bimbingan terhadap anak-anaknya, masih ada saja anak yang berperilaku bermasalah.
Prilaku adalah cermin kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan interaksi terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Prilaku merupakan internalisasi nilai-nilai yang diserap oleh seseorang selama proses berinteraksi dengan orang diluar dirinya. Prilaku seseorang menunjukan tingkat kematangan emosi, moral, agama, sosial, kemandirian dan konsep dirinya. Prilaku manusia terbentuk selama proses perjalanan hidupnya. Pada anak, prilaku dapat terbentuk melalui kebiasaan sehari-hari secara non-formal. Artinya, suatu perbuatan yang dilakukan atas anjuran orang dewasa ataupun prilaku orang dewasa yang sengaja ditujukan kepada anak untuk diikuti. Berikut adalah definisi perilaku menurut para ahli :
            Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo,N,1993 : 55) Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. (Soekidjo,N,1993 : 58) Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. (Notoatmojo,S, 1997 : 60) Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat di pelajari. (Robert Kwik, 1974, sebagaimana dikutip oleh Notoatmojo,S 1997)
            Jadi dapat disimpulkan bahwasanya perilaku dalah segala perbuatan/tindakan dan perkataan individu yang dapat diamati,dicatat dan dipelajari secara langsung serta dirasakan oleh individu itu sendiri dan orang lain. Sedangkan perilaku bermasalah adalah segala perbuatan/tindakan dan perkataan individu yang menggangu orang lain dan menggangu dirinya sendiri terutama pada pemenuhan tugas-tugas perkembangannya, dan interaksi terhadap orang lain.

B.       Bentuk- Bentuk Perilaku Bermasalah
1.      Cerebral Palsy
Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. CP bukan merupakan penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk). Ini biasanya terjadi pada bayi dan bayi prematur, bagian otak yang mengendalikan pergerakan otot sangat rentan terhadap cedera. CP terjadi pada 1-2 dari 1.000 bayi, tetapi 10 kali lebih sering ditemukan pada bayi prematur dan lebih sering ditemukan pada bayi yang sangat kecil. CP bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat:
1.      Bayi masih berada dalam kandungan
2.      Proses persalinan berlangsung
3.      Bayi baru lahir
4.      Anak berumur kurang dari 5 tahun.
Tetapi kebanyakkan penyebabnya tidak diketahui.10-15% kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama dan segera setelah bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.

2.      Clumsiness
Clumsiness adalah salah satu gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan bermakna koordinasi motorik. Diagnosis ini dibuat hanya bila gangguan tersebut mempengaruhi pencapaian akademis atau aktifitas kehidupan sehari-hari. Gangguan koordinasi yang terjadi tidak diakibatkan oleh suatu kondisi medis tertentu dan tidak memenuhi kriteria gangguan perkembangan pervasif. Jika disertai retardasi mental maka gangguan motorik tersebut akan tampak mendominasi. Prevalensi clumsiness diperkirakan 6%-13% dari populasi anak. Diagnosis clumsiness didasarkan pada kriteria diagnostik menurut Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV. Pendekatan terapi clumsiness meliputi terapi okupasi
dan fisioterapi yang secara garis besar dikategorikan dalam pendekatan bottom-up maupun pendekatan top-down. Tanpa intervensi khusus, anak-anak yang mengalami clumsiness akan menetap hingga dewasa (Sari Pediatri 2009;11(1):26-31)
.
3.      Hiperaktif
Hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan pendekatan yang dilakukan oleh lingkungan keluarga sendiri yaitu bimbingan oleh orang tua dan pendekatan dari sekolah yaitu bimbingan konseling berupa layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.




4.      Ganguan Motorik
Motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yang menurut Gallahue adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasrkan oleh proses motorik. Karena motorik (motor) menyebabkan terjadinya suatu gerak (movement), maka setiap penggunaan kata motorik selalu dikaitkan denga gerak dan didalam penggunaan sehari-hari sering tidak dibedakan antara motorik dengan gerak. Namun yang harus selalu diperhatikan adalah bahwa gerak yang dimaksudkan disini bukan hanya semata-mata berhubungan dengan gerak seperti yang kita lihat sehari-hari, yakni geraknya anggota tubuh (tangan, lengan, kaki, dan tungkai) melalui alat gerak tubuh (otot dan rangka). Tetapi gerak yang didalamnya melibatkan fungsi motorik seperti otak, saraf, otot dan rangka.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi system susunan saraf pusat atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang sangat berperanan dalam kemampuan motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik turun tangga. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan.

5.      Kidal
Kidal adalah suatu kebiasaan kita yang selalu (lebih sering) menggunakan tangan kiri untuk melakukan pekerjaan, seperti menulis, makan, atau memegang sesuatu. Menurut The Left Handers Club, sebuah organisasi orang - orang kidal tak pernah menganggap bahwa kidal itu adalah sebuah kelainan, tapi sebaliknya, mereka berkata kalo KIDAL itu adalah KEREN!!
Kebanyakan manusia memproses bahasa di otak kiri mereka, bagian yang mengontrol gerakan anggota badan di sisi kanan. Menurut para ahli, “spesialisasi” atau pembagian tugas antara otak kanan dan kiri sudah dimulai sejak janin dalam kandungan. Pembagian ini bukan dalam arti sebenarnya, karena biasanya mereka “bersaing” memperebutkan kontrol. Termasuk, dalam hal kebiasaan tangan (kidal atau normal). Pada orang-orang kidal, berarti otak kanan yang memenangkan kontrol atas fungsi tangan tersebut, sementara otak kiri mengontrol kemampuan berbahasa. Uniknya, otak kiri disimpulkan para ahli memiliki “kemauan berbagi tugas”. Pada orang-orang kidal, kemampuan berbahasa tidak hanya diproses oleh otak kanan, namun juga otak kiri. Karena itu, orang kidal biasanya cerdas. Meski belum ada studi yang komprehensif, namun diyakini kekidalan ini diwariskan. Orangtua yang sama-sama kidal, hampir pasti akan melahirkan anak kidal.

6.      Anak Susah Makan
Anak susah makan merupakan permasalahan yang sering dikeluhkan orang tua, terutama para ibu. Berbagai cara seolah tidak berhasil dilakukan untuk mengatasi anak yang sulit makan. Bahkan tak jarang para ibu menjadi tertekan dan stress dalam menghadapi buah hatinya.Setiap ibu selalu diliputi kekhawatiran soal kecukupan gizi buah hatinya. Belum lagi jika anak susah makan atau pilih-pilih makanan.
Ketika si kecil berusia 6 bulan, saatnya mulai memberikan makanan padat pendamping ASI. Saat inilah Anda mesti lebih cermat memperhatikan pola makannya. Mulai dari memberinya bubur susu, sari buah, lalu bertahap ke tekstur makanan yang lebih padat seperti nasi tim, dan seterusnya. Sayangnya proses ini tak selalu berjalan mulus, ada beberapa penyebab yg mambuat si kecil susah makan. Biasanya ini terjadi ketika usianya memasuki tahun pertama. Masalah tersebut biasanya berupa menolak makanan, tidak suka sayur, hanya mau makan yang itu-itu saja (picky eater), atau mengemut makanannya berlama-lama. Kondisi ini sudah barang tentu membuat ibu khawatir akan kecukupan gizi si kecil, mengingat mereka masih dalam masa tumbuh kembang.
Faktor penyebab seorang anak susah makan dikarenakan faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik meliputi terdapatnya gangguan di organ pencernaan maupun terdapatnya infeksi dalam tubuh anak. Sedangkan faktor psikis meliputi gangguan psikologis pada anak, seperti kondisi rumah tangga yang bermasalah, suasana makan yang kurang menyenangkan, tidak pernah makan bersama orangtua, maupun anak dipaksa memakan makanan yang tidak disukai.

7.      Anak Sering Sakit
Ketika kita membicarakan mengenai arti sakit tentunya dalam benak kita bahwasannya hal tersebut adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun gangguan terhadap keseluruhan fungsi itu sendiri. Konsep sakit adalah konsep yang kompleks dan multi interpretasi, banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sakit. Setiap individu, keluarga, masyarakat maupun profesi kesehatan mengartikan sakit secara berbeda tergantung paradigmanya. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit yang dimilikinya untuk menjaga kesehatan sendiri. Konsep sakit ini penting diketahui agar ketika kita merasakan tanda sakit atau kurang sehat, maka kita bisa segera mendatangi tenaga kesehatan untuk memeriksakan status kesehatan kita. Bila memang sakit, maka kita akan segera mendapatkan pengobatan yang tepat dari ahlinya. Berikut ini adalah tahapan atau proses seseorang bisa sakit :
1.      Tahap gejala Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanyan perasaan tidak nyaman terhadap dirinya, seperti rasa nyeri, panas dll sebagai manifestasi terjadinya ketidak seimbangan dalam tubuh.
2.      Tahap asumsi terhadap sakit Tahap seseorang melakukan interprestasi terhadap sakitnya, kemudian berespon dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut, seperti merasakan ketakutan, kecemasan – konsultasi dengan orang yang dianggap lebih tahu atau pelayan kesehatan.
3.      Tahap kontak dengan pelayan kesehatan Tahap dimana seseorang telah mengadakan hubungan dengan yankes, meminta nasihat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat yang dilakukan atas inisiatif sendiri, untuk mencari pembenaran tentang sakitnya. Jika ternyata tidak lagi ditemukan gejala yang ada, maka klien mengaggap dirinya sembuh, namun bila gejala tersebut muncul kembali, maka dirinya akan datang ke yankes kembali.
4.      Tahap ketergantungan Tahap dimana seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang akan mendapat bantuan pengobatan juga kondisi seseorang sudah mulai tergantung, tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat katergantungan yang sama, melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya juga penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap ketergantungan dan diberi support agar seseorang mengalami kemandirian.
5.      Tahap penyembuhan Merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi kembali dengan lingkungan atau dari sakit-sehat, persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan social. Peran tenaga kesehatan disini adalah membantu klien untuk meningkatkan kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan menuju kesejahteraan.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Perilaku bermasalah merupakan suatu persoalan yang juga harus mendapat perhatian dari orang tua, perilaku bermasalah ini tidak hanya dapat menganggu dalam proses pembelajaran tetapi juga merupakan perilaku yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama dengan teman dan merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar pada anak. Sehingg aorang tua harus memeperhatikan setiap perkembangan anak-anaknya. Perilaku bermasalah ini umumnya timbul karena anak menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya sehingga muncul perikalu yang berupa menolak, memalsukan, atau mengacaukan kenyataan bisa juga karena disebabkan oleh faktor keturuanan dan faktor eksternal lainnya. Seorang anak melakukan pengurangan kecemasan dan bukan memecahkan masalah yang menyebabkan munculnya kecemasan itu. Bentuk –bentuk perilaku bermasalah itu sendiri adalah sebagai berikut Cerebral Palsy, Clumsiness, ,Hiperaktif, ganguan motorik, kidal, susah makan dan anak sering sakit.

B.      Saran
Sebagai seorang orang tua haruslah lebih sensitif terhadap interaksi anak, terutama faktor dari dalam lingkungan anak dengan perilaku anak diluar lingkung sang anak. Terhadap anak yang berperilaku bermasalah orangtua harus terlebih dahulu memahami apa yang menjadi penyebab tearjadinya perilaku bermasalah tersebut, dan kemudian barulah dapat mengembangkan kondisi pembelajarandan penanganan yang  tepat dan dapat memperbaiki kesehatan mental anak untuk mengatasi perilaku bermasalah yang dimiliki anak usia dini tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo Kartadinata,dkk. 1998. Bimbingan Di Sekolah Dasar.Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sari Pediatri.2009. ganguan perilaku bermasalah pada anak. Jakrta ; Rineka cipta
Notoatmojo,S, 1997. Ganguan perilaku. Jakarta : selemba empat
Soekidjo,N,1993. Ganguan perilaku pada anak. Jakarta : akademika







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

author
Jake Simms
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt utlaoreet dolore.