BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Prilaku
bermasalah pada anak adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian orang
tua. Bukan semata-mata prilaku itu destruktif atau menganggu proses
pembelajaran dan perkembangan anak. Melainkan suatu bentuk prilaku agresif
maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam kerjasama dan interaksi
dengan orang tua, teman maupun orang lain, merupakan prilaku yang dapat
menimbulkan masalah belajar dan perkembangan peserta didik, dan hal itu merupakan
prilaku bermasalah. Orang tua hendaknya menyingkap jauh dibalik perilaku yang
nampak, agar memiliki pemahaman tentang karakteristik perilaku anak yang sesungguhnya.
Anak
usia dini merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap masalah individu
merupakan penanganan yang berbeda. Teknik- teknik membantu anak bermasalah adalah
memberikan wawasan dalam memberikan bantuan dan penanganan yang cepat dan tepat
terhadap anak bermasalah.
Pendekatan
bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran pada prilaku anak
bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah yang berkaitan
dengan karakteristik perkembangan anak.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan perilaku bermasalah?
2. Apa
bentuk- bentuk perilaku bermasalah?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan perilaku bermasalah.
2.
Untuk mengetahui apa saja bentuk- bentuk
perilaku bermasalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perilaku Bermasalah
Dalam
pendekatan bimbingan perkembangan, dalam memberikan layanan bimbingan yang
pertama dan paling utama kepada sang anak itu adalah orang tua, Namun sekali
telah memberikan bimbingan terhadap anak-anaknya, masih ada saja anak yang
berperilaku bermasalah.
Prilaku
adalah cermin kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan interaksi
terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Prilaku merupakan internalisasi
nilai-nilai yang diserap oleh seseorang selama proses berinteraksi dengan orang
diluar dirinya. Prilaku seseorang menunjukan tingkat kematangan emosi, moral,
agama, sosial, kemandirian dan konsep dirinya. Prilaku manusia terbentuk selama
proses perjalanan hidupnya. Pada anak, prilaku dapat terbentuk melalui
kebiasaan sehari-hari secara non-formal. Artinya, suatu perbuatan yang
dilakukan atas anjuran orang dewasa ataupun prilaku orang dewasa yang sengaja
ditujukan kepada anak untuk diikuti. Berikut adalah definisi perilaku menurut
para ahli :
Perilaku
manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo,N,1993 : 55)
Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau
seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. (Soekidjo,N,1993 : 58)
Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya.
Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan
reaksi atau perilaku tertentu. (Notoatmojo,S, 1997 : 60) Perilaku adalah
tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat di
pelajari. (Robert Kwik, 1974, sebagaimana dikutip oleh Notoatmojo,S 1997)
Jadi dapat disimpulkan bahwasanya
perilaku dalah segala perbuatan/tindakan dan perkataan individu yang dapat
diamati,dicatat dan dipelajari secara langsung serta dirasakan oleh individu
itu sendiri dan orang lain. Sedangkan perilaku bermasalah adalah segala
perbuatan/tindakan dan perkataan individu yang menggangu orang lain dan
menggangu dirinya sendiri terutama pada pemenuhan tugas-tugas perkembangannya,
dan interaksi terhadap orang lain.
B.
Bentuk- Bentuk Perilaku Bermasalah
1.
Cerebral Palsy
Cerebral
Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan
dan gangguan fungsi saraf lainnya. CP bukan merupakan penyakit dan tidak
bersifat progresif (semakin memburuk). Ini biasanya terjadi pada bayi
dan bayi prematur, bagian otak yang mengendalikan pergerakan otot sangat rentan
terhadap cedera. CP terjadi pada 1-2 dari 1.000 bayi, tetapi 10 kali lebih
sering ditemukan pada bayi prematur dan lebih sering ditemukan pada bayi yang
sangat kecil. CP bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat:
1. Bayi
masih berada dalam kandungan
2. Proses
persalinan berlangsung
3. Bayi
baru lahir
4. Anak
berumur kurang dari 5 tahun.
Tetapi
kebanyakkan penyebabnya tidak diketahui.10-15% kasus terjadi akibat cedera
lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama dan segera setelah
bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena
pembuluh darah ke otak belum berkembang secara sempurna dan mudah mengalami
perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang
memadai ke otak.
2.
Clumsiness
Clumsiness adalah salah satu gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan
bermakna koordinasi motorik. Diagnosis ini dibuat hanya bila gangguan tersebut
mempengaruhi pencapaian akademis atau aktifitas kehidupan sehari-hari. Gangguan
koordinasi yang terjadi tidak diakibatkan oleh suatu kondisi medis tertentu dan
tidak memenuhi kriteria gangguan perkembangan pervasif. Jika disertai retardasi
mental maka gangguan motorik tersebut akan tampak mendominasi. Prevalensi clumsiness
diperkirakan 6%-13% dari populasi anak. Diagnosis clumsiness didasarkan
pada kriteria diagnostik menurut Diagnostic Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM) IV. Pendekatan terapi clumsiness meliputi
terapi okupasi
dan fisioterapi yang secara garis besar
dikategorikan dalam pendekatan bottom-up maupun pendekatan top-down.
Tanpa intervensi khusus, anak-anak yang mengalami clumsiness akan
menetap hingga dewasa (Sari Pediatri 2009;11(1):26-31)
.
3. Hiperaktif
Hiperaktif
adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas
(GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini
juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut
minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian,
biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena
keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif
sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam
memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi
belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu
pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka
dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini
yaitu dengan pendekatan yang dilakukan
oleh lingkungan keluarga sendiri yaitu bimbingan oleh orang tua dan pendekatan
dari sekolah yaitu bimbingan konseling berupa layanan / treatment yang sesuai dengan
kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh
haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena
pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang
dimilikinya.
4.
Ganguan Motorik
Motorik
adalah terjemahan dari kata “motor” yang menurut Gallahue adalah suatu dasar
biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata
lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang
didasrkan oleh proses motorik. Karena motorik (motor) menyebabkan
terjadinya suatu gerak (movement), maka setiap penggunaan kata motorik
selalu dikaitkan denga gerak dan didalam penggunaan sehari-hari sering tidak
dibedakan antara motorik dengan gerak. Namun yang harus selalu diperhatikan
adalah bahwa gerak yang dimaksudkan disini bukan hanya semata-mata berhubungan
dengan gerak seperti yang kita lihat sehari-hari, yakni geraknya anggota tubuh
(tangan, lengan, kaki, dan tungkai) melalui alat gerak tubuh (otot dan rangka).
Tetapi gerak yang didalamnya melibatkan fungsi motorik seperti otak, saraf,
otot dan rangka.
Perkembangan
motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh
yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh
yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik
beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak,
Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan
sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot
halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan
untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan,
mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua
kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan
motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi system susunan saraf pusat
atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang sangat berperanan dalam kemampuan
motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin
matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan
berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak
dibagi menjadi Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari,
mmelompat, naik turun tangga. Keterampilan motorik halus atau keterampilan
manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola
serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan.
5.
Kidal
Kidal
adalah suatu kebiasaan kita yang selalu (lebih sering) menggunakan tangan kiri
untuk melakukan pekerjaan, seperti menulis, makan, atau memegang sesuatu.
Menurut The Left Handers Club, sebuah organisasi orang - orang kidal tak pernah
menganggap bahwa kidal itu adalah sebuah kelainan, tapi sebaliknya, mereka
berkata kalo KIDAL itu adalah KEREN!!
Kebanyakan
manusia memproses bahasa di otak kiri mereka, bagian yang mengontrol gerakan
anggota badan di sisi kanan. Menurut para ahli, “spesialisasi” atau pembagian
tugas antara otak kanan dan kiri sudah dimulai sejak janin dalam kandungan.
Pembagian ini bukan dalam arti sebenarnya, karena biasanya mereka “bersaing”
memperebutkan kontrol. Termasuk, dalam hal kebiasaan tangan (kidal atau
normal). Pada orang-orang kidal, berarti otak kanan yang memenangkan kontrol
atas fungsi tangan tersebut, sementara otak kiri mengontrol kemampuan
berbahasa. Uniknya, otak kiri disimpulkan para ahli memiliki “kemauan berbagi
tugas”. Pada orang-orang kidal, kemampuan berbahasa tidak hanya diproses oleh
otak kanan, namun juga otak kiri. Karena itu, orang kidal biasanya cerdas.
Meski belum ada studi yang komprehensif, namun diyakini kekidalan ini
diwariskan. Orangtua yang sama-sama kidal, hampir pasti akan melahirkan anak
kidal.
6.
Anak
Susah Makan
Anak
susah makan merupakan permasalahan yang sering dikeluhkan orang tua,
terutama para ibu. Berbagai cara seolah tidak berhasil dilakukan untuk
mengatasi anak yang sulit makan. Bahkan tak jarang para ibu menjadi
tertekan dan stress dalam menghadapi buah hatinya.Setiap ibu selalu diliputi
kekhawatiran soal kecukupan gizi buah hatinya. Belum lagi jika anak susah makan
atau pilih-pilih makanan.
Ketika
si kecil berusia 6 bulan, saatnya mulai memberikan makanan padat
pendamping ASI. Saat inilah Anda mesti lebih cermat
memperhatikan pola makannya. Mulai dari memberinya bubur susu, sari buah, lalu
bertahap ke tekstur makanan yang lebih padat seperti nasi tim, dan seterusnya.
Sayangnya proses ini tak selalu berjalan mulus, ada beberapa penyebab yg
mambuat si kecil susah makan. Biasanya ini terjadi ketika usianya memasuki
tahun pertama. Masalah tersebut biasanya berupa menolak makanan, tidak suka sayur,
hanya mau makan yang itu-itu saja (picky eater), atau mengemut
makanannya berlama-lama. Kondisi ini sudah barang tentu membuat ibu khawatir
akan kecukupan gizi si kecil, mengingat mereka masih dalam masa tumbuh kembang.
Faktor
penyebab seorang anak susah makan dikarenakan faktor fisik dan faktor psikis.
Faktor fisik meliputi terdapatnya gangguan di organ pencernaan maupun
terdapatnya infeksi dalam tubuh anak. Sedangkan faktor psikis meliputi gangguan
psikologis pada anak, seperti kondisi rumah tangga yang bermasalah, suasana
makan yang kurang menyenangkan, tidak pernah makan bersama orangtua, maupun
anak dipaksa memakan makanan yang tidak disukai.
7.
Anak
Sering Sakit
Ketika
kita membicarakan mengenai arti sakit tentunya dalam benak kita bahwasannya hal
tersebut adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa
suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan
jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun gangguan terhadap
keseluruhan fungsi itu sendiri. Konsep sakit adalah konsep yang kompleks dan
multi interpretasi, banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sakit. Setiap
individu, keluarga, masyarakat maupun profesi kesehatan mengartikan sakit
secara berbeda tergantung paradigmanya. Kemampuan kognitif akan membentuk cara
berpikir seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan penyakit dan
menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit yang dimilikinya untuk
menjaga kesehatan sendiri. Konsep sakit ini penting diketahui agar ketika kita
merasakan tanda sakit atau kurang sehat, maka kita bisa segera mendatangi
tenaga kesehatan untuk memeriksakan status kesehatan kita. Bila memang sakit,
maka kita akan segera mendapatkan pengobatan yang tepat dari ahlinya. Berikut
ini adalah tahapan atau proses seseorang bisa sakit :
1. Tahap
gejala Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai
adanyan perasaan tidak nyaman terhadap dirinya, seperti rasa nyeri, panas dll
sebagai manifestasi terjadinya ketidak seimbangan dalam tubuh.
2. Tahap
asumsi terhadap sakit Tahap seseorang melakukan interprestasi terhadap
sakitnya, kemudian berespon dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut,
seperti merasakan ketakutan, kecemasan – konsultasi dengan orang yang dianggap
lebih tahu atau pelayan kesehatan.
3. Tahap
kontak dengan pelayan kesehatan Tahap dimana seseorang telah mengadakan
hubungan dengan yankes, meminta nasihat dari profesi kesehatan seperti dokter,
perawat yang dilakukan atas inisiatif sendiri, untuk mencari pembenaran tentang
sakitnya. Jika ternyata tidak lagi ditemukan gejala yang ada, maka klien
mengaggap dirinya sembuh, namun bila gejala tersebut muncul kembali, maka
dirinya akan datang ke yankes kembali.
4. Tahap
ketergantungan Tahap dimana seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang
akan mendapat bantuan pengobatan juga kondisi seseorang sudah mulai tergantung,
tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat katergantungan yang sama, melainkan
berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya juga penyakitnya. Tahapan ini dapat
dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap ketergantungan dan diberi
support agar seseorang mengalami kemandirian.
5. Tahap
penyembuhan Merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk
beradaptasi kembali dengan lingkungan atau dari sakit-sehat, persiapan untuk
berfungsi dalam kehidupan social. Peran tenaga kesehatan disini adalah membantu
klien untuk meningkatkan kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan
menuju kesejahteraan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perilaku
bermasalah merupakan suatu persoalan yang juga harus mendapat perhatian dari
orang tua, perilaku bermasalah ini tidak hanya dapat menganggu dalam proses
pembelajaran tetapi juga merupakan perilaku yang dapat menimbulkan kesulitan
dalam bekerja sama dengan teman dan merupakan perilaku yang dapat menimbulkan
masalah belajar pada anak. Sehingg aorang tua harus memeperhatikan setiap
perkembangan anak-anaknya. Perilaku bermasalah ini umumnya timbul karena anak menghadapi
kecemasan dan tidak mampu menghadapinya sehingga muncul perikalu yang berupa
menolak, memalsukan, atau mengacaukan kenyataan bisa juga karena disebabkan
oleh faktor keturuanan dan faktor eksternal lainnya. Seorang anak melakukan
pengurangan kecemasan dan bukan memecahkan masalah yang menyebabkan munculnya
kecemasan itu. Bentuk –bentuk perilaku bermasalah itu sendiri adalah sebagai
berikut Cerebral Palsy, Clumsiness, ,Hiperaktif, ganguan motorik,
kidal, susah makan dan anak sering sakit.
B. Saran
Sebagai
seorang orang tua haruslah lebih sensitif terhadap interaksi anak, terutama
faktor dari dalam lingkungan anak dengan perilaku anak diluar lingkung sang
anak. Terhadap anak yang berperilaku bermasalah orangtua harus terlebih dahulu
memahami apa yang menjadi penyebab tearjadinya perilaku bermasalah tersebut,
dan kemudian barulah dapat mengembangkan kondisi pembelajarandan penanganan
yang tepat dan dapat memperbaiki
kesehatan mental anak untuk mengatasi perilaku bermasalah yang dimiliki anak
usia dini tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo
Kartadinata,dkk. 1998. Bimbingan Di
Sekolah Dasar.Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sari Pediatri.2009. ganguan perilaku bermasalah pada anak.
Jakrta ; Rineka cipta
Notoatmojo,S,
1997. Ganguan perilaku. Jakarta : selemba empat
Soekidjo,N,1993.
Ganguan perilaku pada anak. Jakarta : akademika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar