haloo

Diberdayakan oleh Blogger.
Wavy Tail

Blogger templates

Pages - Menu

Pages - Menu

Kamis, 17 Maret 2016

makalah belajar dan pembelajaran : pendekatan dan metode pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen system pembelajaran. Pembelajaran memiliki makna luas dari istilah pengajaran. Kata pengajaran mengandung makna bahwa kegiatan atau prosesnya hanya ada di dalam konteks pengajar dan pembelajar di kelas secara formal, kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks pengajar dan pembelajar di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri oleh pengajar secara fisik. Di dalam kata pembelajaran ditekankan bahwa kegiatan belajar pembelajar melalui usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar proses belajar mengajar dapat terlaksana. Pembelajaran sebagai sebuah system memiliki beberapa komponen, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media pemmbelajaran, evaluasi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang paling penting dalam implementasi kurikulum. Untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pembelajaran, dapat diketahui melalui kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran tersebut seorang pengajar sudah seharusnya mengetahui bagaimana membuat kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan pembelajaran Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien diperlukan adanya suatu inovasi untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang dilakukan oleh pengajar Dalam mengembangkan model-model pembelajaran, seorang pengajar harus tahu apakah yang dimaksud dengan model pembelaran, dan pol-pola apa pembelajaran yang ada, kemudian apakah cirri-ciri model pembelajaran yang dapat diterima secara umum, serta bagaimana menerapkan model-model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.


1.2 Rumusan Masalah
            1. Apa Pengertian Pendekatan Pembelajaran dan Menjelaskan Apa Sajakah Pendekatan dalam Pembelajaran
            2. Apa Pengertian Metode Pembelajaran dan Menjelaskan Apa Sajakah Metode dalam Pembelajaran
1.3 Tujuan penulisan
1. Diharapkan dapat menjadi makalah yang baik sebagai tugas kelompok Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran.
2. Diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk menjadi bahan bacaan yang berkualitas tentang Metode dan Pendekatan pembelajaran.












BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Pendekatan Pembelajaran
            Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu artinya adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning something ‘cara memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya. Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi.
            Jadi Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
     Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
a.     Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
b.    Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.
            Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :                                                                          1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
          1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
          2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
          3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
          4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau criteria  dan ukuran baku keberhasilan.
fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
a.              Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
b.             Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
c.              Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
d.             Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
Untuk lebih jelasnyaa berikut ini akan dijelaskan kedua pendekatan tersebut yang diantaranya adalah sebagi berikut :
            1. Pendekatan Expository
                        Pendekatan Expository menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan sumber belajar kepada warga belajar. Melalui pendekatan ini sumber belajar dapat menyampaikan materi sampai tuntas. Pendekatan Expository lebih tepat digunakan apabila jenis bahan belajar yang bersifat informatif yaitu berupa konsep-konsep dan prinsip dasar yang perlu difahami warga belajar secara pasti. Pendekatan ini juga tepat digunakan apabila jumlah warga belajar dalam kegiatan belajar itu relatif banyak. Pendekatan expository dalam pembelajaran cenderung berpusat pada sumber belajar, dengan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) adanya dominasi sumber belajar dalam pembelajaran, 2) bahan belajar terdiri dari konsep-konsep dasar atau materi yang baru bagi warga belajar, 3) materi lebih cenderung bersifat informasi, 4) terbatasnya sarana pembelajaran.
Langkah-langkah penggunaan pendekatan Expository sebagai berikut :
a. Sumber belajar menyampaikan informasi mengenai konsep, prinsip-prinsip dasar serta contoh-contoh kongkritnya. Pada langkah ini sumber belajar dapat menggunakan berbagai metode yang dianggap tepat untuk menyampaikan informasi
b. Pengambilan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan baik dilakukan oleh sumber belajar atau warga belajar atau bersama antara sumber belajar dengan warga belajar.
            Keuntungan dari penggunaan pendekatan Expository adalah sumber belajar dapat menyampaikan bahan belajar sampai tuntas sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan, bahan belajar yang diperoleh warga belajarnya sifatnya seragam yaitu diperoleh dari satu sumber, melatih warga belajar untuk menangkap, manafsirkan materi yang disampaikan oleh sumber belajar, target materi pembelajaran yang perlu disampaikan mudah tercapai, dapat diikuti oleh warga belajar dalam jumlah relative banyak. Disamping kebaikan ada juga kelemahannya yaitu pembelajaran terlalu berpusat kepada sumber belajar sehingga terjadi pendominasian kegiatan oleh sumber belajar yang mengakibatkan kreatifitas warga belajar terhambat. Kelemahan lain yaitu sulit mengetahui taraf pemahaman warga belajar tentang materi yang sudah diberikan, karena dalam hal ini tidak ada kegiatan umpan balik. Untuk mengatasi kelemahan pendekatan ini harus ada usaha dari sumber belajar tentang jenis metode yang digunakan yaitu setelah penyampaian informasi selesai harus ada tindak lanjutnya yaitu dengan menggunakan metode bervariasi yang sekiranya memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk mengemukakan permasalahan atau gagasannya yang ada kaitannya dengan materi yang sudah diberikan.
            2. Pendekatan Inquiry
                        Istilah Inquiry mempunyai kesamaan konsep dengan istilah lain seperti Discovery, Problem solving dan Reflektif Thinking. Semua istilah ini sama dalam penerapannya yaitu berusaha untuk memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk dapat belajar melalui kegiatan pengajuan berbagai permasalahan secara sistimatis, sehingga dalam pembelajaran lebih berpusat pada keaktifan warga belajar. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry, sumber belajar menyajikan bahan tidak sampai tuntas, tetapi memberi peluang kepada warga belajar untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan berbagai cara pendekatan masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh Bruner bahwa landasan yang mendasari pendekatan inquiry ini adalah hasil belajar dengan cara ini lebih mudah diingat, mudah ditransfer oleh warga belajar. Pengetahuan dan kecakapan warga belajar yang bersangkutan dapat menumbuhkan motif intrinsic karena warga belajar merasa puas atas penemuannya sendiri. Pendekatan Inquiry ditujukan kepada cara belajar yang menggunakan cara penelaahan atau pencarian terhadap sesuatu objek secara kritis dan analitis, sehingga dapat membentuk pengalaman belajar yang bermakna. Warga belajar dituntut untuk dapat mengungkapkan sejumlah pertanyaan secara sistimatis terhadap objek yang dipelajarinya sehingga ia dapat mengambil kesimpulan dari hasil informasi yang diperolehnya. Peran sumber belajar dalam penggunaan pendekatan Inquiry ini adalah sebagai pembimbing/fasilitator yang dapat mengarahkan warga belajar dalam kegiatan pembelajarannya secara efektif dan efisien. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan Inquiry
yaitu sebagaimana dikemukan oleh A.Trabani :
a. Stimulation : Sumber belajar mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau memberi kesempatan kepada warga belajar untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan
b. Problem Statement : Warga belajar diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis
c. Data Collection : Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu, warga belajar diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai narasumber, uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data Processing : Semua informasi itu diolah, dilacak, diklasifikasikan, ditabulasikan kalau mungkin dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Verification : Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek terbukti atau tidak.
f. Generalization : Berdasarkan hasil verifikasi maka warga belajar menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu. Adapun langkah secara keseluruhan mulai dari perencanaan sampai evaluasi tentang penggunaan pendekatan Inquiry adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan pemberian dorongan : Kegiatan ini ditujukan untuk menarik perhatian warga belajar dan mengungkapkan hubungan bahan belajar yang akan dipelajari dengan bahan belajar yang sudah dikuasai atau dalam keseluruhan bahan belajar secara utuh
b. Kegiatan penyampaian rencana program pembelajaran. Kegiatan ini ditujukan untuk mengungkapkan rencana program pembelajaran, termasuk prosedur pembelajaran yang harus diikuti oleh warga belajar
c. Proses inquiry. Pelaksanaan pembelajaran dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pengajuan permasalahan
2) Pengajuan pertanyaan penelitian atau hipotesis
3) Pengumpulan data
4) Penarikan kesimpulan
5) Penarikan generalisasi
d. Umpan balik. Kegiatan ini ditujukan untuk melihat respon warga belajar terhadap keseluruhan bahan belajar yang telah dipelajari
e. Penilaian. Kegiatan penilaian dilakukan oleh sumber belajar baik secara lisan
maupun tertulis dan atau penampilan. Dalam penggunaan pendekatan Inquiry, Sumber belajar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Warga belajar sudah memiliki pengetahuan konsep dasar yang berhubungan dengan bahan belajar yang dipelajari
b. Warga belajar memiliki sikap dan nilai tentang keraguan terhadap informasi yang diterima, keingintahuan, respek terhadap penggunaan fikiran, respek terhadap data, objektif, keingintahuan dalam pengambilan keputusan, dan toleran dalam ketidaksamaan
c. Memahami prosedur pelaksanaan penggunaan strategi pembelajaran Inquiry Apabila pendekatan Inquiry digunakan dalam kegiatan pembelajaran maka banyak kelebihan yang diperoleh, diantaranya yaitu :
a. Menumbuhkan situasi keakraban diantara warga belajar, karena diberi kesempatan untuk saling berkomunikasi dalam memecahkan suatu permasalahan
b. Membiasakan berfikir sistimatis dan analitis dalam mengajukan hipotesis dan pemecahan masalah
c. Membiasakan berfikir objektif dan empirik yang didasarkan atas pengalaman atau data yang diperoleh
d. Tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran
e. Dapat menambah wawasan bagi warga belajar dan sumber belajar karena terjadi saling tukar pengalaman.
   Disamping kelebihan dari pendekatan ini juga tidak lepas dari kelemahan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran yaitu apabila tidak ada kesiapan dan kemampuan dari warga belajar untuk memecahkan permasalahan maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, juga kemungkinan akan terjadi pendominasian oleh beberapa orang warga belajar yang sudah biasa dalam hal mengemukakan pendapat. Untuk mengurangi permasalahan yang mungkin muncul, sumber belajar dituntut memiliki kemampuan dalam hal membimbing dan mengarahkan warga belajar supaya mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan potensi yang sudah dimilikinya.

2.2 Pengertian dan Model Pembelajaran
  Model pembelajaran adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk mengoperasikan kurikulum. Merancang materi pembelajaran, dan untuk membimbing belajar dalam setting kelas atau lainnya.
·  Menurut Agus Suprijono (2010:46) Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial.
·  Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
            Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Jadi bisa dikatakan model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.            
Untuk lebih jelasnya berikut adalah pemaparan dari keempat  model pembelajaran tersebut :
1.      Model Interaksi Sosial
Model Interaksi Sosial menekankan pada hubungan personal dan social kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses yang demokratis, dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi social menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu dalam masyarakat (learning to life together).
2.      Model Pengolahan Informasi
Model pengolahan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemprosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual. Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi eksternal (rangsangan dari lingkungan). Interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar.
3.      Model Personal-Humanistik
Model personal-Humanistik menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingkungannya.
            Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirin baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya.


4.      Model Modifikasi Tingkah laku (Behavioral)
                        Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta ddik sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perlilaku yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini adalah penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan. Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak. Guru harus selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar peserta didik. Modifikasi tingkah laku anak yanyang kemampuan belajarnya rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung. Penerapan prinsif pembelajaran individual dalam pembelajaran klasikal.













BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Jadi Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
     Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach), dan Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach), sedangkan model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran.
3.2 Saran
            Pada dasarnya ada banyak pendekatan dan model pembelajaran yang bisa digunakan oleh seorang tenaga pendidik (guru), tidak harus terpaku dengan pendekatan dan model-model pembelajaran yang sudah ada, guru sebaiknya mampu mengembangkan pendekatan dan model pembelajrannya sendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didiknya sehingga dalam proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik, lancer dan efisian serta efektif.





Daftar Pustaka
Damyati dan mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Depdikbud. 2003. UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003. Pembelajaran
Wikipedia. (2011).  Model dan Pendekatan pembelajaran. Google : wikipedia.com diakses pada senin 4 maret 2015 pukul 01:20 .wib

makalah deteksi dini perilaku bermasalah : perilaku bermasalah



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Prilaku bermasalah pada anak adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian orang tua. Bukan semata-mata prilaku itu destruktif atau menganggu proses pembelajaran dan perkembangan anak. Melainkan suatu bentuk prilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam kerjasama dan interaksi dengan orang tua, teman maupun orang lain, merupakan prilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar dan perkembangan peserta didik, dan hal itu merupakan prilaku bermasalah. Orang tua hendaknya menyingkap jauh dibalik perilaku yang nampak, agar memiliki pemahaman tentang karakteristik perilaku anak  yang sesungguhnya.
Anak usia dini merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap masalah individu merupakan penanganan yang berbeda. Teknik- teknik membantu anak bermasalah adalah memberikan wawasan dalam memberikan bantuan dan penanganan yang cepat dan tepat terhadap anak bermasalah.
Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran pada prilaku anak bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan anak.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan perilaku bermasalah?
2.      Apa bentuk- bentuk perilaku bermasalah?

C.      Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan perilaku bermasalah.
2.        Untuk mengetahui apa saja bentuk- bentuk perilaku bermasalah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Perilaku Bermasalah
Dalam pendekatan bimbingan perkembangan, dalam memberikan layanan bimbingan yang pertama dan paling utama kepada sang anak itu adalah orang tua, Namun sekali telah memberikan bimbingan terhadap anak-anaknya, masih ada saja anak yang berperilaku bermasalah.
Prilaku adalah cermin kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan interaksi terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya. Prilaku merupakan internalisasi nilai-nilai yang diserap oleh seseorang selama proses berinteraksi dengan orang diluar dirinya. Prilaku seseorang menunjukan tingkat kematangan emosi, moral, agama, sosial, kemandirian dan konsep dirinya. Prilaku manusia terbentuk selama proses perjalanan hidupnya. Pada anak, prilaku dapat terbentuk melalui kebiasaan sehari-hari secara non-formal. Artinya, suatu perbuatan yang dilakukan atas anjuran orang dewasa ataupun prilaku orang dewasa yang sengaja ditujukan kepada anak untuk diikuti. Berikut adalah definisi perilaku menurut para ahli :
            Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri (Soekidjo,N,1993 : 55) Secara operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. (Soekidjo,N,1993 : 58) Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. (Notoatmojo,S, 1997 : 60) Perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat di pelajari. (Robert Kwik, 1974, sebagaimana dikutip oleh Notoatmojo,S 1997)
            Jadi dapat disimpulkan bahwasanya perilaku dalah segala perbuatan/tindakan dan perkataan individu yang dapat diamati,dicatat dan dipelajari secara langsung serta dirasakan oleh individu itu sendiri dan orang lain. Sedangkan perilaku bermasalah adalah segala perbuatan/tindakan dan perkataan individu yang menggangu orang lain dan menggangu dirinya sendiri terutama pada pemenuhan tugas-tugas perkembangannya, dan interaksi terhadap orang lain.

B.       Bentuk- Bentuk Perilaku Bermasalah
1.      Cerebral Palsy
Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dan gangguan fungsi saraf lainnya. CP bukan merupakan penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk). Ini biasanya terjadi pada bayi dan bayi prematur, bagian otak yang mengendalikan pergerakan otot sangat rentan terhadap cedera. CP terjadi pada 1-2 dari 1.000 bayi, tetapi 10 kali lebih sering ditemukan pada bayi prematur dan lebih sering ditemukan pada bayi yang sangat kecil. CP bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat:
1.      Bayi masih berada dalam kandungan
2.      Proses persalinan berlangsung
3.      Bayi baru lahir
4.      Anak berumur kurang dari 5 tahun.
Tetapi kebanyakkan penyebabnya tidak diketahui.10-15% kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otak sebelum, selama dan segera setelah bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadap CP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkan oksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.

2.      Clumsiness
Clumsiness adalah salah satu gangguan perkembangan yang ditandai dengan gangguan bermakna koordinasi motorik. Diagnosis ini dibuat hanya bila gangguan tersebut mempengaruhi pencapaian akademis atau aktifitas kehidupan sehari-hari. Gangguan koordinasi yang terjadi tidak diakibatkan oleh suatu kondisi medis tertentu dan tidak memenuhi kriteria gangguan perkembangan pervasif. Jika disertai retardasi mental maka gangguan motorik tersebut akan tampak mendominasi. Prevalensi clumsiness diperkirakan 6%-13% dari populasi anak. Diagnosis clumsiness didasarkan pada kriteria diagnostik menurut Diagnostic Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) IV. Pendekatan terapi clumsiness meliputi terapi okupasi
dan fisioterapi yang secara garis besar dikategorikan dalam pendekatan bottom-up maupun pendekatan top-down. Tanpa intervensi khusus, anak-anak yang mengalami clumsiness akan menetap hingga dewasa (Sari Pediatri 2009;11(1):26-31)
.
3.      Hiperaktif
Hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan pendekatan yang dilakukan oleh lingkungan keluarga sendiri yaitu bimbingan oleh orang tua dan pendekatan dari sekolah yaitu bimbingan konseling berupa layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.




4.      Ganguan Motorik
Motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yang menurut Gallahue adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasrkan oleh proses motorik. Karena motorik (motor) menyebabkan terjadinya suatu gerak (movement), maka setiap penggunaan kata motorik selalu dikaitkan denga gerak dan didalam penggunaan sehari-hari sering tidak dibedakan antara motorik dengan gerak. Namun yang harus selalu diperhatikan adalah bahwa gerak yang dimaksudkan disini bukan hanya semata-mata berhubungan dengan gerak seperti yang kita lihat sehari-hari, yakni geraknya anggota tubuh (tangan, lengan, kaki, dan tungkai) melalui alat gerak tubuh (otot dan rangka). Tetapi gerak yang didalamnya melibatkan fungsi motorik seperti otak, saraf, otot dan rangka.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi system susunan saraf pusat atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang sangat berperanan dalam kemampuan motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik turun tangga. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan.

5.      Kidal
Kidal adalah suatu kebiasaan kita yang selalu (lebih sering) menggunakan tangan kiri untuk melakukan pekerjaan, seperti menulis, makan, atau memegang sesuatu. Menurut The Left Handers Club, sebuah organisasi orang - orang kidal tak pernah menganggap bahwa kidal itu adalah sebuah kelainan, tapi sebaliknya, mereka berkata kalo KIDAL itu adalah KEREN!!
Kebanyakan manusia memproses bahasa di otak kiri mereka, bagian yang mengontrol gerakan anggota badan di sisi kanan. Menurut para ahli, “spesialisasi” atau pembagian tugas antara otak kanan dan kiri sudah dimulai sejak janin dalam kandungan. Pembagian ini bukan dalam arti sebenarnya, karena biasanya mereka “bersaing” memperebutkan kontrol. Termasuk, dalam hal kebiasaan tangan (kidal atau normal). Pada orang-orang kidal, berarti otak kanan yang memenangkan kontrol atas fungsi tangan tersebut, sementara otak kiri mengontrol kemampuan berbahasa. Uniknya, otak kiri disimpulkan para ahli memiliki “kemauan berbagi tugas”. Pada orang-orang kidal, kemampuan berbahasa tidak hanya diproses oleh otak kanan, namun juga otak kiri. Karena itu, orang kidal biasanya cerdas. Meski belum ada studi yang komprehensif, namun diyakini kekidalan ini diwariskan. Orangtua yang sama-sama kidal, hampir pasti akan melahirkan anak kidal.

6.      Anak Susah Makan
Anak susah makan merupakan permasalahan yang sering dikeluhkan orang tua, terutama para ibu. Berbagai cara seolah tidak berhasil dilakukan untuk mengatasi anak yang sulit makan. Bahkan tak jarang para ibu menjadi tertekan dan stress dalam menghadapi buah hatinya.Setiap ibu selalu diliputi kekhawatiran soal kecukupan gizi buah hatinya. Belum lagi jika anak susah makan atau pilih-pilih makanan.
Ketika si kecil berusia 6 bulan, saatnya mulai memberikan makanan padat pendamping ASI. Saat inilah Anda mesti lebih cermat memperhatikan pola makannya. Mulai dari memberinya bubur susu, sari buah, lalu bertahap ke tekstur makanan yang lebih padat seperti nasi tim, dan seterusnya. Sayangnya proses ini tak selalu berjalan mulus, ada beberapa penyebab yg mambuat si kecil susah makan. Biasanya ini terjadi ketika usianya memasuki tahun pertama. Masalah tersebut biasanya berupa menolak makanan, tidak suka sayur, hanya mau makan yang itu-itu saja (picky eater), atau mengemut makanannya berlama-lama. Kondisi ini sudah barang tentu membuat ibu khawatir akan kecukupan gizi si kecil, mengingat mereka masih dalam masa tumbuh kembang.
Faktor penyebab seorang anak susah makan dikarenakan faktor fisik dan faktor psikis. Faktor fisik meliputi terdapatnya gangguan di organ pencernaan maupun terdapatnya infeksi dalam tubuh anak. Sedangkan faktor psikis meliputi gangguan psikologis pada anak, seperti kondisi rumah tangga yang bermasalah, suasana makan yang kurang menyenangkan, tidak pernah makan bersama orangtua, maupun anak dipaksa memakan makanan yang tidak disukai.

7.      Anak Sering Sakit
Ketika kita membicarakan mengenai arti sakit tentunya dalam benak kita bahwasannya hal tersebut adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun gangguan terhadap keseluruhan fungsi itu sendiri. Konsep sakit adalah konsep yang kompleks dan multi interpretasi, banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sakit. Setiap individu, keluarga, masyarakat maupun profesi kesehatan mengartikan sakit secara berbeda tergantung paradigmanya. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit yang dimilikinya untuk menjaga kesehatan sendiri. Konsep sakit ini penting diketahui agar ketika kita merasakan tanda sakit atau kurang sehat, maka kita bisa segera mendatangi tenaga kesehatan untuk memeriksakan status kesehatan kita. Bila memang sakit, maka kita akan segera mendapatkan pengobatan yang tepat dari ahlinya. Berikut ini adalah tahapan atau proses seseorang bisa sakit :
1.      Tahap gejala Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanyan perasaan tidak nyaman terhadap dirinya, seperti rasa nyeri, panas dll sebagai manifestasi terjadinya ketidak seimbangan dalam tubuh.
2.      Tahap asumsi terhadap sakit Tahap seseorang melakukan interprestasi terhadap sakitnya, kemudian berespon dalam bentuk emosi terhadap gejala tersebut, seperti merasakan ketakutan, kecemasan – konsultasi dengan orang yang dianggap lebih tahu atau pelayan kesehatan.
3.      Tahap kontak dengan pelayan kesehatan Tahap dimana seseorang telah mengadakan hubungan dengan yankes, meminta nasihat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat yang dilakukan atas inisiatif sendiri, untuk mencari pembenaran tentang sakitnya. Jika ternyata tidak lagi ditemukan gejala yang ada, maka klien mengaggap dirinya sembuh, namun bila gejala tersebut muncul kembali, maka dirinya akan datang ke yankes kembali.
4.      Tahap ketergantungan Tahap dimana seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang akan mendapat bantuan pengobatan juga kondisi seseorang sudah mulai tergantung, tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat katergantungan yang sama, melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya juga penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap ketergantungan dan diberi support agar seseorang mengalami kemandirian.
5.      Tahap penyembuhan Merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi kembali dengan lingkungan atau dari sakit-sehat, persiapan untuk berfungsi dalam kehidupan social. Peran tenaga kesehatan disini adalah membantu klien untuk meningkatkan kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan menuju kesejahteraan.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Perilaku bermasalah merupakan suatu persoalan yang juga harus mendapat perhatian dari orang tua, perilaku bermasalah ini tidak hanya dapat menganggu dalam proses pembelajaran tetapi juga merupakan perilaku yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama dengan teman dan merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar pada anak. Sehingg aorang tua harus memeperhatikan setiap perkembangan anak-anaknya. Perilaku bermasalah ini umumnya timbul karena anak menghadapi kecemasan dan tidak mampu menghadapinya sehingga muncul perikalu yang berupa menolak, memalsukan, atau mengacaukan kenyataan bisa juga karena disebabkan oleh faktor keturuanan dan faktor eksternal lainnya. Seorang anak melakukan pengurangan kecemasan dan bukan memecahkan masalah yang menyebabkan munculnya kecemasan itu. Bentuk –bentuk perilaku bermasalah itu sendiri adalah sebagai berikut Cerebral Palsy, Clumsiness, ,Hiperaktif, ganguan motorik, kidal, susah makan dan anak sering sakit.

B.      Saran
Sebagai seorang orang tua haruslah lebih sensitif terhadap interaksi anak, terutama faktor dari dalam lingkungan anak dengan perilaku anak diluar lingkung sang anak. Terhadap anak yang berperilaku bermasalah orangtua harus terlebih dahulu memahami apa yang menjadi penyebab tearjadinya perilaku bermasalah tersebut, dan kemudian barulah dapat mengembangkan kondisi pembelajarandan penanganan yang  tepat dan dapat memperbaiki kesehatan mental anak untuk mengatasi perilaku bermasalah yang dimiliki anak usia dini tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo Kartadinata,dkk. 1998. Bimbingan Di Sekolah Dasar.Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sari Pediatri.2009. ganguan perilaku bermasalah pada anak. Jakrta ; Rineka cipta
Notoatmojo,S, 1997. Ganguan perilaku. Jakarta : selemba empat
Soekidjo,N,1993. Ganguan perilaku pada anak. Jakarta : akademika







author
Jake Simms
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt utlaoreet dolore.